Kamis, 18 November 2010

Mode Rendering Dual VGA


Sekarang saya akan membahas mode rendering yang digunakan.

Super Tilling

            Super tilling ini hanya ada pada crossfire, juga merupakan mode standar dari crossfire. Pada supertilling, layar akan dibagi menjadi blok – blok seperti papan catur. Driver kemudian akan mengatur blok mana diproses oleh VGA yang mana.
            Dibanding mode split frame rendering, mode ini bisa dibilang yang paling efisien dalam mengatur load balancing pada kedua VGA. Namun supertilling ini kabarnya tidak dapat berjalan pada game – game openGL.

Scissor/split frame rendering

            Pada mode ini, layar akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu atas dan bawah. Masing – masing VGA akan memproses salah satu bagian layar tersebut. Untuk menjaga keseimbangan antar card, driver akan mengatur load balancing. Tergantung situasi dan kondisi grafik yang dirender, driver akan mengatur batas atas atau bawah. Mungkin bisa 50% - 50%. Namun jika pada game tersebut bagian bawah lebih berat, seperti dihutan, dimana grafik bagian bawah (tanah, semak-semak, bayangan, dll) lebih berat dari yang diatas (langit), maka driver akan menyesuaikan batas balancing hingga kedua VGA betul – betul memikul beban yang sama.

            Mode ini didukung oleh kebanyakan game, namun jika driver tidak bisa mensinkronisasikan layar dengan sempurna, maka akan timbul seperti patahan pada batas balancing.

Alternate Frame Rendering

            Alternate frame rendering adalah sebuah metode yang sudah cukup tua. Pada AFR, masing – masing card akan menghitung masing – masing frame. Misal VGA 1 akan memproses frame 1,3,5,7,dst, dan kemudian VGA 2 akan memproses frame 2,4,6,8,dst. Dibandingkan dengan yang lain, mode ini akan memberikan peningkatan kinerja yang signifikan. Load balancing pada kedua card juga bisa dikatakan seimbangnamun mode ini tidak dapat digunakan pada game yang menggunaka fungsi render-to-texture.

SuperAA

            Mode ini hanya ada pada crossfire. SuperAA tidak memberikan peningkatan kinerja, melainkan kualitas image yang lebih. Pada SuperAA, tiap VGA akan mengkalkulasi anti aliasing dengan pola yang berbeda, dan kemudian menggabungkannya. Mode ini memungkinkan anti aliasing hingga 14x (12x dan 2xSS). Dengan anti aliasing 14x, rasanya jaggies tidak akan ditemukan.

Compability Mode

            Compability mode ini hanya ada pada card Nvidia. Tujuannya sesuai dengan namanya, untuk mengeleminasi problem – problem yang muncul karena penggunaan SLI. Pada mode ini, hanya salah satu VGA saja yang bekerja, jadi seakan – akan VGA yang lain hanyalah pajangan  di dalam casing. Secara performa tentu saja tidak ada peningkatan.

Conclusion

            Menggunakan satu atau dua VGA pada komputer game kamu itu sepenuhnya terserah kamu. Namun dari segi rasio harga performa, dual VGA ini merupakan solusi yang mahal dan kurang berharga. Dikarenakan karena VGAnya yang bertambah satu, kita juga harus melihat periferal lain yang akan mensupport dual VGA. Jika periferal lain tidak mensupport seperti motherboard yang tidak support, slot PCI-E Cuma satu, atau PSU kamu masih 300 watt merk butut, makan akan ada banyak biaya lagi yang harus dikeluarkan untuk menggunakan dual VGA.

Kekurangan dan kelebihan

            Keuntungan utama menggunakan dual VGA adalah performa yang sangat tinggi. Skor 10.000 poin pada 3D mark 2005 dapat diraih dengan mudah. Memainkan doom 3 atau half life 2 dengan resolusi HDTV dan framerate mulus bukan impian lagi. Dari sisi psikologi, tentu kamu akan sangat bangga dan bisa pamer ke teman – teman bahwa kamu memiliki 2 VGA yang total harganya mencapai 10 juta.

            Kekurangannya harga satu VGA aja sudah mahal. Apalagi kalau dikali dua. Belum lagi platform yang tersedia juga terbatas (hanya Nforce 4 SLI dan radeon Xpress 200). Untuk mensuplai dual VGA, diperlukan PSU dengan daya ekstra besar (sekitar 550 watt lebih). Panas dalam casing juga akan bertambah seiring dengan bertambahnya sumber panas.

Rabu, 17 November 2010

Dual VGA : solusi performa tinggi dengan harga tinggi


Satu vga sekelas GeForce 7800GTX atau X850XT sudah tidak lagi mencukupi, hal seperti itulah yang dialami beberapa gamer kelas atas. Resolusi 10024x768 adalah resolusi minimal, 1600x1200 dengan 4x FSAA adalah keharusan bagi mereka.

Untuk kasus seperti itu, era SLI atau DualVGA dipopulerkan kembali oleh Nvidia. Tidak cukup dengan 1 VGA, maka gunakan 2 VGA! Kekuatan 2 GeForce 7800 GTX dengan total 48 pixel pipeline dan 16 vertex pipeline akan menjamin kemulusan game kamu di resolusi 1600x1200 @ 4xFSAA atau lebih. Nah, saya akan membahas beberapa mode dual-VGA dari masing – masing produsen VGA, juga beberapa mode rendering yang digunakannya.

Nvidia SLI (Scalable Link Interface)

Kurang tingginya kinerja GeForce 6800 dibanding seri terdekatnya seri X800 membuat Nvidia terus melakukan terobosan – terobosan untuk memperoleh kembali mahkota VGA tercepat. Menggeber GeForce 6800 ultra Extreme ke clock yang lebih tinggi lagi jelas bukan solusi yang baik, mengingat daya yang disedot GeForce 6 sendiri relatif besar dan otomatis akan mengeluarkan panas yang lebih.

Setelah membuka – buka arsip lama, mungkin Nvidia menemukan arsip mengenai dual-VGA warisan 3DFX. Yang telah diakusisi Nvidia. Dengan pengalaman riset Nvidia yang tak perlu diargukan, Nvidia menghidupkan teknologi tersebut dengan sedikit modifikasi sesuai dengan perkembangan jaman. Hasilnya, 2 GeForce 6800 berhasil mencetak lebih dari 10.000 poin pada 3D mark 2005.

Nvidia SLI ini menggunakan sebuah card kecil untuk menghubungkan 2 VGA. Selain itu, menggunakan motherboard berchipset Nforce 4 SLI juga merupakan syarat utama untuk menggunakan Nvidia SLI.

Selain menggunakan 2 card, banyak juga produsen yang sudah menggunakan 2 chip VGA dalam 1 VGA card. Alhasil, kinerja (dan harga!) satu buah VGA akan meningkat tajam, plus ukurannya yang juga menjadi sangat besar.

ATI Crossfire

Crossfire ini adalah yang terakhir keluar, mungkin dibuat ATI untuk menjawab teknologi SLI Nvidia. Pada crossfire, ATI mewajibkan pengguna sebuah VGA yang dibumbui istilah crossfire. VGA crossfire card ini yang nantinya akan membagi tugas rendering pada kedua VGA tersebut.

Cross fire juga mengisyaratkan pengguna chipset radeon xpress 200 untuk motherboard. Chipset  ATI ini sudah mensupport crossfire seperti Nforce 4 SLI yang mensupport Nvidia, ATI menggunakan Kabel konektor DVI, bukan card hub seperti pada SLI Nvidia.

Kelebihan utama crossfire ini adalah ia bisa bekerja pada card yang berbeda chip (namun harus sama – sama ATI) misalnya kombinasi X800XL dan X850XT crossfire. Selain itu mode renderingnya juga lebih bervariasi dari pada Nvidia SLI.

Alienware Video Array

Video array adalah sebuah teknologi yang dikembangkan oleh alienware. Video array ini digunakan pada pc alienware seri ALX yang harganya sangat mahal (sekitar 4000 USD lebih).

Prinsipnya sama, video array menggunakan 2 VGE PCI-E untuk bergotong royong memproses grafik. Video array menggunakan mode split frame renderring untuk mengatur load balancing antar kedua VGAnya.

Yang membedakan video array dengan Nvidia SLI adalah video array dapat digunakan pada berbagai macam VGA, asal memiliki chip sama. Video array juga menggunakan driver terpisah untuk mengatur load balancing, sehingga driver utama VGA tidak akan direpotkan dengan pengaturan balancing.

Pada ALX, alienware menggunakan motherboard khusus yang bernama X2, motherboard ini menggunakan 2 VGA, juga menggunakan 2 prosesor. Semua chip tersebut didinginkan dengan menggunakan water cooling.

3DFX SLI (Scan Line Interleave)

Masih ingatkah kamu jaman – jaman kejayaan 3DFX dengan Voodoo? Waktu itu rasanya bangga sekali memiliki 3D card voodoo 2. Voodoo 2 tersebut mendukung SLI. SLI ini memungkinkan penggunaan 2 3D card PCI pada komputer kita. Dual voodoo 2 ini berhasil menjalankan quake 2 dengan mulus (quake 2 adalah game berat saat itu).

Untuk menggunakan SLI, tersedia sebuah kabel penghubung yang menghubungkan 2 VGA tersebut. Salah astu voodo akan me-render baris tertentu, sedangkan voodoo yang lain akan merender baris lainnya. Secara teori, masing – masing VGA akan memiliki beban yang sama

Senin, 15 November 2010

GAKURAN


Uniform vs blazer

Seorang pelajar dapat dengan mudah dikenali dari seragam sekolah yang dikenakannya. Bila di negara kita seragam SMA identik dengan putih abu – abu, seragam sokalh di jepang justru ada beragam model dan warna yang berbeda – beda antara satu sekolah dengan sekolah yang lainnya.  Perbedaan model dan gaya itu bahkan menjadi suatu trend fashion.

School uniform become a fashion trend
sejarah perkembangan seragam (seifuku) di jepang dimulai pada tahun 1882 dimana departemen pendidikan dan kebudayaan menetapkan pemakaian seragam bagi seluruh pelajar di jepang. Seragam murid perempuan dikenal dengan sebutan sailor seifuku, sedangkan seragam murid laki – laki dikenal dengan sebutan gakuran atau tsume-eri. Di jepang pemakaian seragam berlaku bagi murid smp dan sma. Seragam tersebut awalnya didesain mirip dengan seragam militer pada periode meji, namun dimodifikasi dengan model seragam pelaut model eropa. Sailor seifuku biasanya terdiri dari blus putih, dasi, blazer, dan rompi serta rok. Sedangkan gakuran terdiri dari atasan putih, dasi, blazer, dan rompi, serta celana panjang. Cakupan seragam disini cukup luas, karena itu saya hanya akan membahas lebih lanjut mengenai gakuran.

Gakuran berasal dari kata gaku (belajar/murid) dan ran (negara barat), yang kira – kira arti harafiahnya adalah seragam murid negara barat. Pada tahun 1886 universitas tokyo mulai memberlakukan pemakaian seragam gakuran leher tegak dengan kancing warna emas. Gakuran umumnya berwarna hitam, mulai dari atasan, celana, hingga ikat pinggang. Sedangkan sepatunya bisa berupa sepatu loafers atau sneakers. Kadang ditambahkan aksesoris berupa badge sekolah atau pin dibagian kerah. Seragam model ini terus bertahan sampai tahun 1960-an, sebelum kemudian dikembangkan dengan penambahan topi sekolah. 

Tahun 1970-an sekolah – ekolah mulai membebaskan para pelajarnya dari pemakaian seragam, dan sebagai gantinya mereka boleh menggunakan pakaian bebas. Satu dekade kemudian mulai dikembangkan seragam berbagai model dan warna yang terlihat stylish dan eye catching. Seragam tersebut semakin berkembang bahkan pada awal tahun 1990-an banyak para desainer yang merancang berbagai model seragam yang mengikuti trend. Pada pertengahan tahun 1990-an, seragam yang terkenal adalah seragam bergaya amerika, yaitu seragam blazer. Namun memasuki tahun 200 hingga sekarang, model seragam  yang menjadi booming di jepang adalah seragam bergaya british.

Uniform vs blazer
seragam murid laki – laki di jepang kini berkembang tidak hanya dengan desain gakuran, namun banyak juga yang memakai seragam ber-blazer. Model seragam gakuran maupun seragam blazer sama – sama memiliki kelebihan masing – masing yang membuat pemakainya terlihat menarik dan keren. Berikut poin – poin perbedaan kedua seragam, beserta contoh perbandingan yang diambil dari karakter – karakter anime :

Gakuran
1. Seluruh seragam umumnya berwarna hitam. Gakuran bisa terlihat cute sekaligus menampilkan sisi wild dengan penggunaan aksesoris di bagian bahu.
2. Berkerah tegak yang tingginya hampir menutupi seluruh leher. Di bagian ujung lengan lebih pendek dari kemeja dalam, sehingga unjung lengan kemeja dapat terlihat.
3. Baju dalam gakuran tidak berupa kemeja saja, tapi bisa juga T-shirt atau kaos dengan warna bebas. Namun paduan yang paling kontras adalah kemeja berwarna putih.
4. Penggunaan kancing hingga menutupi seluruh tubuh.
5. Gakuran punya nilai plus karena tidak mudah terlihat kotor. Selain itu warna hitamnya memberi kesan misterius dan cool. Gakuran paling sempurna dengan paduan kancing warna emas.

Blazer
1. Pada seragam blazer, warna warni bahan menjadi daya tarik utama. Dasi merupakan item yang paling penting.
2. Bagian bawah kemeja pada seragam blazer sebaiknya dimasukan agar terlihat rapih, terutama ketika blazer dalam keadaan tidak terkancing.
3. Baju dalaman seragam blazer yang paling pas adalah kemeja, khususnya kemeja putih yang matching dengan paduan warna apapun. Penggunaan kemeja dengan kancing tertutup menonjolkan image rapi, sebaliknya pemakaian kemeja dengan kancing terbuka memberi kesan wild.
4. Seragam blazer hanya menggunakan 2-3 buah kancing hingga batas di bawah dada, untuk memberi kesan elegan.
5. Seragam blazerharus dipadukan dengan kemeja dan dasi sebagai satu kesatuan.

Minggu, 14 November 2010

KOKESHI


Setiap daerah di seluruh dunia pasti memiliki mainan anak – anak yang khas daerah tersebut. Gaya dan karakter dari mainan anak – anak tersebut bervariasi dari daerah ke daerah dan dari negeri ke negeri. Mainan anak – anak yang unik tersebut juga ditemukan di jepang. Di antara semua jenis mainan yang ada, jenis mainan kokeshi, atau boneka kayu. Kokeshi, saat ini, dibuat diseluruh penjuru negeri, tapi hanya di daerha tohoku (ujung utara dari pulau honshu), kokeshi masih dibuta dengan teknik lokal yang diturunkan oleh para pengrajin dari generasi ke generasi. Kokeshi tradisional diperkirakan muncul pertama kali 200 tahun yang lalu, disekitar masa – masa pertengahan jaman edo (1603-1867).

Karena kokeshi hanya terdidi dari bagian kepala dan tubuh saja, kedua bagian itu bisa dengan mudah dibentuk dengan menggunakan mesin butut tradisional, boneka – boneka jenis ini pun dengan segera dibuat diseluruh negeri, terutama setelah perang dunia 2 usai. Dengan perkembangan ekonomi yang pesat, kokeshi yang tadinya memiliki desain yang unik dimasing – masing daerah, dengan segera diproduksi secara masal sebagai souvenir, dan hingga saat ini masih dijual sebagai salah satu souvenir di berbagai tempat liburan dijepang.

Kebanyakan dari kokeshi yang dijual seperti ini, dikenal dengan nama kokeshi baru(shi’ngata), berlawanan dengan kokeshi tradisional(dento) yamg akar sejarah tradisinya terletak jauh di belakang. Ada juga jenis kokeshi kreatif atau kokeshi sosaku yang merupakan karya yang dibuat dengan menggunakan mesin bubut untuk menyampaikan suatu tema tertentu. Beberapa pengrajin mengkhususkan diri mereka dalam membuat kokeshi kreatif ini, dan karya mereka dijual di toko – toko khusus atau dipertunjukan dalam pameran – pameran kesenian.

Kokeshi kreatif adalah fenomena yang relatif masih a baru, tapi hasil karya kokeshi jenis ini serng kali inspirasional dan sangat ekspresif dan tidak jarang memiliki nilai seni tinggi. Untuk memperkenalkan boneka kokeshi, the japan foundation mengadakan acara pameran kokeshi yang pembukaannya berlangsung tanggal 9 maret 2007 bertempat di hall the japan foundation, gedung sumitmas lantai 2, jakarta. Pamerannya sendiri diselenggarakan mulai tanggal 10 – 26 maret 2007  jam 09.30 – 18.00 WIB secara gratis dan terbuka untuk umum.

Pameran tersebut tidak hanya menampilkan kokeshi tradisional, tapi juga kokeshi kreatif, sebagaimana juga maninan kayu anyaman lainnya untuk menunjukan bagai mana teknik tradisional pemanfaatan kayu dengan menggunakan mesin bubut  telah terus menerus diteruskan dan dijaga, dan bagai mana perkembangan baru muncul dari tradisi tersebut.