Konflik dalam kehidupan sehari hari merupakan sesuatu hal
yang mendasar dan esensial. Dalam organisasi , konflik mempunyai kekuatan yang
dapat membangun kinerja staff, karena adanya variable yang bergerak bersamaan
secara dinamis. Dalam hal ini, konflik merupakan suatu proses yang wajar
terjadi dalam suatu organisasi atau masyarakat.
Pengertian Konflik
Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan
bentukminteraktif, yg terjadi pada tingkatan individual, interpersonal,
kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Terutama konflik pada
tingkatan individual, sangat dekat hUbungannya dengan stres.
Konflik dalam organisasi, menurut Minnery (1985) merupakan
interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan
saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan. Konflik dalam
organisasi, sering terjadi tidak simetris, terjadi hanya satu pihak yang sadar
dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif
(Robbins, 1993)
Sumber utama konflik
dalam organisasi
Dalam sebuah organisasi khususnya organisasi besar, dalam
hal pembagian kerja, sering menimbulkan konflik, antara unit kerja yang ada
atau konflik antar organisasi. Timbulnya konflik ini dikarenakan adanya
perbedaan tujuan antara satu pihak dengan pihak lain yang terlibat dalam
konflik tersebut. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan koordinasi antar
struktur dalam organisasi atau antar organisasi sehingga dapat meminimalkan
terjadinya perbedaan.
Ross (1993) mengemukakan ada dua sumber konflik yang terjadi
dalam sebuah organisasi atau kelompok, adalah adanya unsur persaingan dan unsur
kekuatan. Menurut teori struktur, konflik dipicu oleh sosial adanya persaingan
antara pihak-pihak yang berkepentingan.Tindakan terhadap pihak lain dalam
pemikiran teori struktur social akan menciptakan tantangan nyata untuk
meningkatkan solidaritas dan respon kolektif dalam menghadapi lawan.
Selanjutnya pihak-pihak tersebut melakukan konsolodasi secara sadar sehingga
membentuk suatu kekuatan dalam menghadapi konflik tersebut. Disisi lain, Teori
Psychoculttural melihat konflik sebagai kekuatan psikologi dan cultural.
Teori ini menunjukan bahwa suatu pihak perlu memperhitungkan
kejadian-kejadian eksternal dan tingkah laku pihak lain. Oleh karena itu
kondisi social dan hubungan dengan pihak lain menjadi suatu hal penting untuk
diperhatikan dalam menghadapi konflik, karena kondisi psikologis dan culutaral
ini merupakan sebuah kekuatan nyata.
Menangani konflik
Berdasarkan kedua sumber konflik di atas, memerlukan
penanganan konflik yang berbeda. Teori structural menerangkan bahwa strategi
manajemen konflik memerlukan perubahan kondisi organisasi pihak tersebut secara
mendasar. Kepentingan yang divergen sangat sulit untuk dijembatani.
Sementara itu, Teori psychocultural, menekankan dalam
manajemen konflik memfokuskan pada proses yang dapat mengubah persepsi atau
mempengaruhi hubungan antara pihak-pihak kunci. Dalam pandangan teori ini
kepentingan lebih bersifat subjektif dan dapat berubah disbanding dalam
pandangan teori struktural
Penutup
Konflik harus dilihat dari dua aspek yaitu aspek struktural
dan aspek psikokultural. Dari aspek struktural, konflik dipandang sebagai
kepentingan. Dari aspek psikokultural, konflik dipandang ndang sebagai proses
psikologi dan budaya dari pihak yang terlibat. Stretegi mengatisi konflik dalam
organisasi, menurut Ross (1993) melalui Self-help strategy.
Konflik di suatu organisasi tentu ada konflik yang murni dr
sistem di organisasi itu dan juga bisa konflik2 yang datang dari individu2 yang
ada, misal punya masalah dirumah trus berakibat ke pekerjaan di kantor yang
tidak beres. Bagaimana mengatasi berbagai kepentingan individu2 yang berbeda2
sehingga berakibat timbul konflik, solusi pemecahan agar semua terpuaskan atau
tidak ada pihak yang dirugikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar